B

Benar, sepertinya menua bukanlah proses yang menyenangkan. Tekanan demi tekanan, lalu ekspektasi tinggi dari orang di sekelilingku menjadi rayap yang sedikit demi sedikit menggerogoti ambisi dan kepercayaan diri. Aku seakan kehilangan gravitasi. Aku ada, tapi tak sepenuhnya menjejakan kaki di bumi. Ia merasa seperti jasad yang ditumpangi kegelisahan. Mereka yang berucap kadang menariknya kepada kecemburuan masa lalu, dan keandaian yang tak tahu caranya untuk menjadi.

Aku jadi sering berbicara pada diri sendiri, untuk memastikan bahwa ia masih ada. Karena masa lalu sering membuatnya lupa, bahwa ada hari ini yang hakikatnya sangat berarti. Lalu masa depan pun membuatnya resah, dan selalu saja beranggapan bahwa hari ini adalah suatu kesalahan yang harus segera disudahi.

Kadang pemikiran busuk memenuhi kepala, dan mulai mendebat "Adakah yang salah dengan takdir?"

"Tak pernah ada yang salah"

Kemudian ilham kudapatkan diantara gerakan dua raka'at. Tuhan tak pernah salah tempat, dan salah waktu. Mungkin, memang seperti ini sekuen kehidupan saya di bumi.

Lalu pikiranku yang kosong mulai mengembara bersama pahitnya kenyataan. "apa yang akan terjadi jika aku harus menua dengan kondisi seperti ini?"

Ada sesuatu bergejolak dalam dada, kemudian bersabda : Ada yang lebih besar dari problema yang kau terima, lebih besar, tidak kah kau malu dengan-Nya?

Comments

Popular Posts